Dr. Ansari Yamamah, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan sebuah ayat dari Al-Qur’an, yaitu surat Ali-Imran ayat 133 yang artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Apa yang paling membahagiakan di dalam hidup ini? Salah satunya adalah ketika kita diberikan kemaafan oleh seseorang atas kesalahan yang kita lakukan. Oleh karena itu demikian juga dengan kita yang berdosa ini, ketika Allah mengampunkan kesalahan kita, tentu itulah momen yang sangat membahagiakan.
Kali ini saya ingin menyampaikan sebuah makna lain dari ayat tersebut yang berbeda dari makna yang biasanya kita ketahui. Yaitu dari perspektif milenial, yang saya tuangkan di dalam buku berjudul “Islam Transitif.” Ayat 133 ini ditafsirkan lebih luas, artinya Allah memerintahkan kepada kita agar bersegeralah untuk merancang sebuah kehidupan yang berdimensi jangka panjang. Baik itu jangka panjang hidup di muka bumi maupun jangka panjang hidup di akhirat. Hendaklah umat Islam itu merancang, memprogram kehidupannya, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Masa depan itu harus dirancang, tidak bisa dibiarkan datang sebegitu saja. Dirancang sesuai dengan jenjang, jangka, waktu yang ingin kita capai demi meraih masa depan itu. Karena masa depan yang dirancang itu akan berbuah sesuatu yang sangat membahagiakan.
Penjelasan mengenai merancang masa depan dalam ayat ini sesungguhnya mengajarkan kepada kita untuk membangun karakter umat Islam, generasi Islam yang suka memberi. Bukan karakter umat yang suka menerima, apalagi meminta. Secara psikologis, orang-orang yang berkarakter suka memberi akan menjadi orang-orang yang lebih produktif di dalam hidup. Dia lebih kreatif, lebih bersemangat dalam menyambut kehidupan dan mengisi kehidupan ini. Kalau sudah demikian maka kebahagiaan masa depan itu mudah-mudahan akan pasti berada di tangannya. Selanjutnya, orang yang merancang masa depan itu memiliki kecerdasan emosional yang handal. Tidak sedikit kemudahan-kemudahan hidup, pintu rezeki terbuka karena adanya relasi yang elegan antara satu dengan yang lain, antara kita dengan orang lain.
Yang terakhir, orang yang merancang masa depannya itu adalah orang yang menjaga hubungan yang elegan antar relasi kemanusiaan atau sosialnya. Salah satu cirinya adalah suka memberikan apresiasi atau memuji. Memang benar-benar memuji dalam takaran kebenaran dan kepatutan. Namun kebanyakan kita tidak demikian, meskipun sudah berbuat baik, sudah bekerja bertungkus lumus, tetap tidak ada apresiasi dari pemimpin maupun rekan kita. Maka kalau demikian bagaimana akan terjadi hubungan yang elegan? Dan apresiasi atau pujian ini termasuk juga memberikan hadiah, ucapan semangat, ide-ide yang konstruktif, ia suka memberikan kepada temannya. Maka dalam rangka untuk merancang masa depan mungkin kebiasaan-kebiasaan ini perlu kita tinjau kembali. Juga untuk melahirkan generasi yang rabbani, yang mampu melakukan sesuatu dalam rangka membangun peradaban kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.