Prof. Dr. H. A. Ya’kub Matondang, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bagaimana kita memahami secara jelas makna pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Ini perlu kita ketahui periwayatan dari sabda Rasulullah Saw. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa apabila telah datang bulan Ramadan maka Nabi bersabda, “Telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan pelaksanaan ibadah puasa pada bulan Ramadan ini. Dibuka dalam bulan Ramadan ini pintu-pintu surga dan dikunci di bulan Ramadan itu pintu-pintu neraka. Dan dibelenggu, dirantai pada bulan Ramadan setan-setan itu.”
Apakah makna dari sabda Nabi itu? Apa kita maknai dengan makna leksikal atau makna hakiki, atau kita memahaminya dengan makna majazi atau makna metaforis? Ini memerlukan syarah, kalau hadits memerlukan syarah, kalau ayat Al-Qur’an memerlukan tafsir yang jelas tentang makna ini. Apakah makna hakiki atau makna majazi.
Kaum muslimin rahiimakumullaah.
Nampaknya hadits tadi ada kaitannya dengan hadits Nabi yang lain tentang keberkahan bulan Ramadan, dan terkait dengan orang yang melakukan kewajiban puasa di bulan Ramadan. Kalau demikian halnya berarti pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu di bulan Ramadan, itu terkait dengan makna keberkahan Ramadan. Keberkahan Ramadan itu akan dinilai, diberikan, dinikmati oleh orang yang melakukan ibadah puasa. Andainya seseorang tidak melakukan ibadah puasa, ia tidak akan dapat keberkahan dari ibadah puasa itu. Ia tidak akan dibukakan kepadanya pintu surga, tidak ditutupnya pintu neraka, dan juga tidak akan dibelenggu setan-setan yang mempengaruhi atau menggodanya.
Karena itu “Dibuka dalam bulan Ramadan ini pintu-pintu surga” harus dipahami dengan makna majazi, bukan makna hakiki, bukan makna leksikal. Makna majazi maksudnya terbuka kesempatan luas sepanjang Ramadan ini untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang membawa kita kesurga. Terhindar kita dari perbuatan, perkataan, sikap yang membawa kita ke neraka. Dan setan terbelenggu, maksudnya tidak bisa mempengaruhi orang yang melakukan ibadah puasa.
Jadi ketiga hal ini terkait dengan orang yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan. Kenapa demikian? Karena orang yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan, ia akan menggunakan seluruh peluang dan kesempatan di bulan Ramadan ini untuk taqarrub kepada Allah Swt. Ia akan menjauhi was-was setan, ia akan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang berdampak negatif, baik untuk dirinya, untuk keluarganya, demikian juga untuk warga bangsanya.
Kaum muslimin rahiimakumullaah.
Karena itu marilah kita isi bulan Ramadan ini, bulan yang penuh berkah ini dengan berbagai amalan utama seperti puasa Ramadan, tadarus Al-Qur’an, memperbanyak i’tikaf, memperbanyak sedekah, demikian juga shalat malam atau shalat tarawih di bulan Ramadan ini. Dan kita jauhi segala perbuatan yang membatalkan pahala puasa kita, selain kita menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan ibadah puasa. Apabila kita mampu untuk menahan diri di dalam pelaksanaan ibadah puasa, di situlah sebenarnya terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan terhindar kita dari pengaruh atau was-was setan. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.