Hasanuddin, Ph. D.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Kejujuran di dalam Islam itu sangat mulia nilainya. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan mengarahkan kita untuk masuk surga. Sesungguhnya kedustaan (kecurangan) itu bisa mendatangkan dosa, dan dosa itu akan mengarahkan kita untuk masuk neraka.” Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa beruntunglah orang-orang yang jujur di sisi Allah Swt.
Puasa merupakan amalan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kejujuran yang harus kita terapkan dalam diri kita. Yang tahu kita puasa hanya diri kita dan Allah Swt. Orang lain tidak ada yang tahu kita puasa atau tidak. Jika kita benar mengimplementasikan nilai-nilai puasa ini, maka di luar puasa pun kita akan senantiasa untuk bersikap jujur. Maka ia akan terhindar dari apa yang pernah dikatakan Nabi dalam haditsnya, “Banyak orang yang berpuasa tapi tidak ada yang diperolehnya dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus.”
Di zaman Bani Umayyah ada seorang ulama yang terkenal yaitu Hasan Al-Bashri. Beliau lahir di Madinah pada tahun 642 masehi dan wafat di Basra-Iraq tahun 728 masehi. Dikisahkan pada suatu hari Hasan Al-Bashri bertemu dengan seorang anak remaja yang menggembalakan ratusan ekor kambing. Kemudian Hasan Al-Bashri bertanya kepada remaja tersebut, “Apa yang kau kerjakan, nak?” Remaja itu menjawab, “Aku dibayar oleh seseorang untuk menggembalakan ratusan ekor kambing ini.” Hasan Al-Bashri lanjut menanyakan upah remaja tersebut, kemudian remaja itu menjawabnya dengan angka uang dirham yang kecil nilainya. Kemudian Hasan Al-Bashri menawarkan untuk membeli seekor kambing dan membawanya pulang. Remaja itu mengatakan bahwa ia tidak bisa memberikannya karena kambing itu bukan kepunyaannya.
Hasan Al-Bashri kembali menguji remaja tersebut dengan berkata, “Walaupun ini bukan punyamu, tapi kalau kau jual satu saja dari ratusan kambing ini, tuanmu tidak akan tahu.” Remaja itu menjawab sambil menunjukkan tangannya ke atas langit, “Yang punya kambing ini mungkin tidak tahu, tapi Allah tahu apa yang kulakukan. Itu merupakan kecurangan (ketidakjujuran). Sedangkan saya bekerja, di samping mengharapkan upah dari pemilik kambing ini, saya juga mengharapkan ridho dari Allah Swt. dengan kejujuran saya.” Hasan Al-Bashri, seorang ulama terkenal, kagum dengan kejujuran seorang remaja penggembala kambing yang hidup sederhana.
Sesungguhnya jika kita pandai mengambil pelajaran, inilah yang terbaik, berlaku jujur. Tetapi belakangan ini kita melihat kecurangan semakin menjadi-jadi. Oleh sebab itu mari niatkan dalam hati kita, melalui ibadah puasa yang kita lakukan, kalau kita bisa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan ibadah puasa kita. Di balik itu semua, semoga ibadah puasa yang kita lakukan, dapat kita ambil dan terapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Terutama perilaku jujur, menghindari kecurangan, di dalam setiap aktifitas kita sehari-hari. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.