Dr. M. Arifin, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Jika kita lihat di dalam Al-Qur’an, di antaranya di dalam surat Al-Mu’minun, Allah Swt. menyatakan, “Sungguh beruntung (menang, sukses) orang-orang yang beriman. Orang yang di dalam shalatnya dilaksanakan secara khusyu’.” Dari sini dapat kita ambil bahwa keberuntungan, kemenangan orang yang beriman di antaranya berada di dalam shalatnya. Kalau kita lihat dari panggilan shalat, Allah Swt. melalui Nabi Muhammad Saw. mensyariatkan azan, sebelum disebutkan Hayya alal falaah atau mari menuju kemenangan, kalimatnya didahului oleh Hayya alash sholah atau mari melaksanakan shalat. Dari sini seolah Allah ingin menyatakan bahwa landasan dari kemenangan itu adalah shalat yang dilaksanakan secara baik di dalam Islam.
Kalau kita lihat Al-Falah yang dikumandangkan oleh muazzin, Alif Lam yang ada pada kata Al-Falah itu bermakna semua kemenangan yang ada akan di dapati oleh orang yang melaksanakan shalat. Maka dengan demikian kemenangan di dunia atau di akhirat, atau semua bentuk kemenangan yang ada, landasannya adalah shalat. Dengan itu Allah Swt. di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 238 Allah katakan, “Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk.” Kalau kita lihat penafsiran Al Imam Fakhruddin Ar-Razy di dalam kitabnya, beliau mengatakan hafizuu sebagai bentuk perintah. Kata hafizuu yang digunakan di dalam ayat tersebut disebut di dalam ilmu sharaf sebagai bina musyarakah. Artinya seolah-olah ayat ini ingin mengatakan bahwa peliharalah, jagalah shalatmu karena shalat akan menjagamu. Jadi ada hubungan timbal balik antara orang yang menjaga shalat dan shalat yang akan menjaganya.
Al Imam Fakhruddin Ar-Razy memberikan beberapa penafsiran di sini. Kata beliau, “Bagaimana bisa shalat menjaga orang yang melaksanakan shalat? Artinya, jagalah shalat karena Allah yang engkau sembah di dalam shalat itu akan menjagamu.” Ini penafsiran yang pertama. Penafsiran yang kedua, jagalah shalat karena shalat akan menjagamu ini bisa disejajarkan dengan ayat yang lain yaitu surat Al-Ankabut. Ketika Allah mengatakan “Sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” Orang yang terjaga dari perbuatan keji dan munkar adalah orang yang menang di dalam kehidupannya. Apakah di dunia atau di akhirat. Dan ketika kita terjaga dari perbuatan tersebut maka kita disebut sebagai orang yang menang di dunia dan di akhirat.
Ada seorang pemuda di zaman Rasulullah Saw. yang menjaga shalatnya bersama Rasulullah Saw. Pada satu ketika para sahabat menceritakan pemuda ini. “Wahai Rasul, pemuda yang shalat bersamamu tadi adalah pemuda yang dia jaga shalatnya tetapi dia tidak terlepas dari kemaksiatan. Dia tetap melakukan fahsya’ dan munkar.” Apa kata Rasul pada saat itu? “Sesungguhnya shalat yang dijaganya, yang dilakukannya bersamaku itu akan mencegahnya.” Tak berapa lama kemudian datang informasi kepada Rasulullah Saw. “Wahai Rasul, orang yang kami katakan, pemuda yang kami katakan dia menjaga shalat tetapi dia tetap melaksanakan kemunkaran, pada hari ini dia telah terhindar dari kemunkaran. Terjaga dirinya dari kemunkaran.” Rasul menjawab, “Bukankah sudah kukatakan sesungguhnya shalat akan mencegahnya dari perbuatan tersebut.” Inilah landasan kemenangan orang yang beriman, di dunia atau di akhirat.
Ketika dia terjaga dari perbuatan jelek, semua orang akan senang dengan orang yang berbuat taat, apalagi nanti di akhirat. Ini penafsiran yang kedua. Kemudian kata beliau ada penafsiran yang ketiga. Ketika Allah Swt. di dalam surat Al-Ma’idah ayat 12 mengatakan, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu melaksanakan shalat.” Artinya bahwa Allah Swt. senantiasa bersama kita. Para ulama menafsirkan kebersamaan Allah dengan kita adalah Allah turunkan pertolongannya, Allah turunkan taufiqnya kepada kita semua. Sehingga di dalam melaksanakan sesuatu semuanya beres akan kita laksanakan. Karena Allah bersama orang yang melaksanakan shalat.
Penafsiran yang keempat, bahwa shalat itu akan menjaga seseorang dari kecenderungan-kecenderungan buruk, dari situasi buruk yang ada pada dirinya. Perhatikan surat Al-Ma’arij, ketika Allah Swt. menyatakan “Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam kondisi keluh kesah. Apabila dia ditimpa keburukan, dia akan mengeluh.” Ini potensi buruk manusia, yang ada pada diri kita semua. Kecuali orang yang menjaga shalatnya. Nanti di akhir pembahasan Allah Swt. mengatakan, “Dan orang yang menjaga shalatnya.” Shalat yang dijaga di awal akan menolak kecenderungan buruk yang ada pada diri kita. Dan shalat yang dijaga di akhir juga akan menjaga diri kita dari kecenderungan-kecenderungan buruk yang ada pada diri kita. Dengan demikian orang yang menjaga shalatnya, ini adalah landasan kemenangannya di dunia atau di akhirat. Mudah-mudahan tausiyah ini bermanfaat.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.