Prof. Dr. H. A. Ya’kub Matondang, MA.
10 April 2019
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Di dalam sejarah dakwah, secara umum kegiatan Rasul dalam penyampaian dakwah ini dibagi pada dua periode. Yaitu periode Mekkah, lebih kurang 13 tahun dan periode Madinah, lebih kurang 10 tahun. Periode Mekkah ini, para pakar dakwah membaginya pada beberapa tahapan. Pertama tahapan dakwah yang dilakukan Nabi disebut dengan dakwah sirriyah. Dakwah sirriyah dimaksudkan adalah dakwah yang dilakukan oleh Rasul secara diam-diam, terhadap keluarga, demikian juga kerabat dekat dari Rasulullah.
Setelah tahapan sirriyah, Nabi mendapat perintah dari Allah Swt, maka Rasulullah Saw melakukan dakwah jahriyah, secara terus terang. Dakwah jahriyah ini mengakibatkan banyaknya tekanan-tekanan yang diterima Rasul dan para sahabat. Rasul mendapat dukungan dari Abu Thalib paman beliau, demikian juga dari istri beliau Khadijah. Tapi keduanya yang memberi dukungan kepada Rasul ini pada tahun kedelapan kenabian wafat, meninggal dunia. Penekanan dari kuffar Quraisy ini terus berlanjut, tetapi dakwah yang dilakukan oleh Rasul juga terus berjalan.
Sesuai kerangka dan strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasul setelah jahriyah ini, Nabi ingin untuk mendapatkan kerjasama dan perlindungan dari beberapa kabilah di sekitar Mekkah. Salah satunya Rasul memilih untuk menyiarkan Diinul Islam ini ke Thaif. Thaif berjarak lebih kurang 70 Km di tenggara Mekkah. Sekarang ini merupakan tempat wisata, tanah yang subur, di sana terdapat berbagai perkebunan, udara sejuk. Sehingga Thaif disebut dengan negaranya para raja atau kampungnya para raja.
Bayangkan, Rasulullah Saw berangkat ke Thaif ini dengan berjalan kaki, naik ke atas bukit, Rasul hanya ditemani oleh seorang sahabat yang bernama Zaid bin Haritsah. Empat hari di perjalanan mereka baru sampai di Thaif. Rasul karena niatnya untuk menyebarkan Diinul Islam secara terus terang ini, sesampainya di Thaif beliau menyiarkan, menyampaikan dan mengembangkan dakwah ini kepada Bani Tsaqif yang tinggal di Thaif waktu itu. Tetapi nampaknya dakwah dan seruan Rasul ini tidak mendapat tanggapan positif dari warga Thaif. Bahkan Rasulullah Saw tidak diberikan kebebasan untuk pulang kembali ke Mekkah.
Pada waktu meninggalkan Thaif, karena reaksi penolakan dari orang-orang Thaif ini, Rasul dilempari dengan berbagai bentuk batu sampai lutut beliau, tumit beliau, dan badan beliau bercucuran darah. Sekalipun waktu itu Zaid bin Haritsah telah memberi perlindungan kepada Nabi. Dengan cucuran darah, ia lepas dari hambatan, kepungan, demikian juga tantangan yang diberikan masyarakat Thaif waktu itu. Terakhir beliau berlindung di suatu kebun anggur, di kebun anggur ini Rasul dengan Zaid bin Haritsah mendapat sedikit sambutan, diberikan setangkai anggur oleh pemilik kebun. Karena kondisi Rasul dan Zaid bin Haritsah dalam keadaan lemah.
Tetapi ada sesuatu yang aneh didengar oleh orang yang memberikan setangkai anggur ini. Rasul mengambilnya dan mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahiim. Ini sesuatu yang terdengar aneh oleh masyarakat Thaif, terutama yang memberikan anggur kepada Nabi. Nabi dalam satu kesempatan mencoba untuk menyampaikan Diinul Islam baik dengan perbuatannya maupun dengan ucapannya. Rupanya ucapan basmallah tadi merupakan dakwah Rasul dimana didengar oleh si pemberi kemudian akhirnya si pemberi setangkai anggur ini beriman, masuk Islam. Inilah yang memberi petunjuk jalan kepada Rasul untuk pulang kembali ke Mekkah.
Sampai mereka di suatu tempat, Nabi dan Zaid bin Haritsah berpikir, untuk apa kembali ke Mekkah. Karena masyarakat Mekkah juga menolak ajakan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah. Dengan petunjuk wahyu, masih berada di sekitar Thaif waktu itu, dalam kondisi masih berdarah-darah, Nabi mengajukan, memberikan laporan kepada Allah Swt dalam bentuk do’a. “Ya Allah, hanya kepada Engkau aku mengajukan rintihan kalbu tentang lemahnya kemampuanku, lemahnya kekuatanku, dan keterbatasan kemampuanku.”
Waktu itulah malaikat Jibril datang memberitahu kepada Nabi, “Ya Rasulullah, kejadian yang kau alami ini dilihat, diketahui, dan dimaklumi oleh Allah Swt. Ini ada dua gunung besar, diberikan kebebasanmu wahai Muhammad untuk mengendalikan dua gunung besar ini. Kalau engkau mau, kami akan menghimpitkan kedua gunung ini ke masyarakat Thaif yang menolak dakwahmu, yang melontarimu dengan berbagai bentuk batu.”
Di sinilah kesabaran dan ketabahan Rasul. Kalau kita mungkin diberikan tawaran seperti ini, hantam saja sampai mereka hancur. Tapi Rasul bukan demikian, beliau jawab, “Ya Allah, tunjukilah kaumku itu, karena mereka belum memahami dan belum mengerti tentang apa risalah yang saya sampaikan kepada mereka. Mereka belum paham tentang apa risalah yang saya bawa ke Thaif ini.” Bahkan Nabi mendo’akan, “Ya Allah, berikanlah generasi penerus bagi masyarakat Thaif ini generasi yang beriman. Generasi dimana mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu.”
Do’a Nabi tersebut akhirnya nanti terkabul dimana kita lihat masyarakat Thaif adalah masyarakat beriman, generasi yang diberikan keberkahan baik dari posisi atau kondisi udaranya, yang menjadi tempat turis sekarang ini. Pengalaman Nabi yang demikian hebat pernah ditanyakan lagi oleh seorang sahabat kepada Nabi sesudah perang Uhud ketika sudah di Madinah, “Ya Rasulullah, apakah ada lagi perang yang lebih berkesan kepada Nabi selain perang Uhud?” Nabi mengingat kembali pada situasi yang dialaminya saat dilempari oleh masyarakat Thaif waktu pertama sekali.
Derita yang diterima oleh Rasul ini merupakan cobaan yang mengukuhkan sikap Rasulullah, keteguhan sikap Nabi di dalam melakukan dakwah. Yang akhirnya nanti beliau mempersiapkan diri untuk hijrah ke Madinah sekembali dari Thaif, Nabi aktif untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang datang melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Tekanan-tekanan yang diderita oleh Rasul ini mengukuhkan tekad Nabi untuk menyampaikan dakwah secara luas. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.