Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Sebenarnya keseluruhan dari ajaran Islam itu adalah satu kesatuan dan harus diamalkan secara kaffah. Tidak boleh dipilih-pilih, mengambil yang menurut kita adalah yang kita senangi, dan mengabaikan yang tidak kita senangi. Namun secara saintis, keilmuan, Islam sebagai telaahan ilmu memang harus kita pelajari, dan shalat memang memiliki satu keistimewaan. Dalam Al-Qur’an terdapat 99 kali kata shalat itu diulang, satu jumlah yang sangat besar. Dan berhubungan dengan ibadah-ibadah yang lain bahkan berkaitan erat dengan persoalan-persoalan dunia. Butir hikmah yang coba kita bahas kali ini, yang pertama adalah dari filosofis historis turunnya atau kedatangannya. Kedua dari segi pelaksanaannya. Ketiga adalah kandungan dari ajaran shalat itu sendiri.
Dari segi historis kita ketahui bahwa shalat ini istimewa karena merupakan ibadah yang diterima Rasul melalui undangan langsung dari Allah untuk menuju sidratul muntaha. Inilah yang kita kenal dengan peristiwa isra’ mi’raj. Tidak ada ibadah lain yang dijemput langsung oleh Rasulullah kecuali shalat. Karena itulah sejarah datangnya shalat ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Shalat juga menjadi satu-satunya kewajiban dalam rukun Islam yang turun di Mekkah, selebihnya turun ketika Rasul hijrah ke Madinah.
Kemudian kedua, dari segi pelaksanaannya, shalat ini dilakukan setiap hari dan memiliki batas waktu yang sudah diatur. Shalat juga merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam kondisi apapun, khususnya bagi laki-laki. Bahkan kondisi kesehatan sekalipun harus menyesuaikan dengan shalat itu. Apakah berdiri, duduk, atau berbaring. Untuk perempuan memang ada keringanan dalam pelaksanaannya, boleh tidak melaksanakannya karena kondisi yang juga rutin dihadapi, yaitu peristiwa haid. Maka waktu yang sudah diatur sedemikian rupa itu harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Dijelaskan bahwa shalat itu tidak boleh dikerjakan secara malas, tidak boleh dikerjakan secara terburu-buru. Juga tidak boleh mengerjakannya karena faktor lain seperti riya’, ingin dipuji. Sepenuhnya hanya karena Allah Swt.
Yang ketiga adalah shalat itu harus dikerjakan, yang kemudian pekerjaannya itu harus menghasilkan manfaat atau motivasi yang besar. Ini bisa dilihat mungkin dari segi pelaksanaannya, dimana orang harus khusyu’ atau konsentrasi. Orang yang terbiasa berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, artinya fokus, itu akan mudah memahami persoalan. Secara psikologis, apabila orang memahami suatu persoalan, tentu akan memudahkannya untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan itu. Oleh karena itu shalat dari segi kandungannya akan bisa membentengi dan memperkuat diri.
Shalat juga disebut sebagai cara mengingat Allah. Ibnu Taimiyah menyebut mengingat Allah itu ibarat air dan ikan. Tidak bisa ikan itu hidup kalau tidak ada air. Ikan itu adalah jiwa kita, sementara air itu adalah mengingat Allah. Shalat, dengan mengingat Tuhan akan menghidupkan ruhnya.
Hikmah lain dari shalat itu adalah dari kebersamaan dan kepatuhan kepada pemimpin. Dalam teori kepemimpinan Al-Qur’an dijelaskan ada kewajiban pemimpin terhadap yang dipimpinnya, dan ada kewajiban yang dipimpin kepada pemimpinnya. Pemimpin wajib memperhatikan jama’ahnya. Karena tidak mungkin suatu kebersamaan bisa mencapai tujuan bersama kalau keduanya tidak menyatu. Dalam teorinya, rakyat tidak boleh tidak percaya kepada pemimpinnya, itu berbahaya. Dan pemimpin atau dalam hal ini termasuk negara juga tidak boleh sesuka hatinya melakukan sesuatu tanpa memikirkan rakyatnya.
Maka di dalam shalat imam dianjurkan untuk melihat jama’ahnya bahkan mengajak jama’ahnya supaya mereka mengatur shaff dengan rapi. Makmum juga tidak boleh mendahului imamnya, meskipun makmum lebih lancar bacaanya. Ia tetap harus mengikuti imam dengan tertib. Ada upaya kebersamaan yang dibangun. Memang ini hanya simbol-simbol, dan semua ajaran agama juga hampir mengemukakan simbol-simbol. Membaca simbol-simbol itu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup. Ada sebuah kata bijak menyebut orang-orang bijak itu cukuplah baginya dengan membaca isyarat dan simbol-simbol.
Semoga hikmah shalat itu semakin banyak kita resapi, kemudian terjadi penghayatan yang kuat. Sehingga shalat kita akan menghasilkan yang terbaik, mencegah perbuatan yang salah, keji dan munkar. Sebaliknya akan mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang baik.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.