Dr. Zainun, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Kalau kita berbicara tentang isra’, perjalanan satu malam, landasannya adalah surat Al-Isra’ ayat ayat 1. Kemudian kalau kita berbicara tentang mi’raj, landasannya adalah surat An-Najm ayat 1-14. Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di zaman Rasul sebelum beliau diperintahkan untuk melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj itu. Yang pertama, tahun itu disebut dengan tahun duka cita. Yaitu karena wafatnya dua orang yang sangat dicintai Nabi, yang mendukung dakwah beliau secara internal dan eksternal, paman beliau Abu Thalib dan istri beliau Khadijah. Karena kejadian ini Rasulullah mencoba mencari tempat baru, beliau pergi ke Thaif ditemani oleh Zaid bin Haritsah. Setelah sampai di Thaif, bukannya mendapat dukungan, beliau malah mendapat tantangan, ancaman, bahkan upaya pembunuhan.
Setelah beberapa kejadian pada tahun duka cita itu, Rasulullah dituntun untuk melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj. Dalam beberapa riwayat dikatakan, pada malam itu Rasulullah didatangi oleh Jibril untuk menaiki Buraq dan melakukan perjalanan isra’ tersebut. Setelah itu Rasulullah Saw. naik ke langit. Kemudian kalau kita baca beberapa keterangan yang berkaitan dengan isra’ mi’raj ini. Rasulullah naik sendiri ke sidratul muntaha, satu tempat yang tidak diketahui oleh seorang makhluk, beliau tidak lagi ditemani oleh Jibril. Beliau naik untuk menerima perintah shalat dari Allah Swt. Oleh karena itu, shalat merupakan ibadah spesial karena diterima langsung dari Allah Swt. Begitulah yang dikisahkan dalam isra’ dan mi’raj.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ ayat 1)
Dalam perjalanannya Rasul selalu ditemani oleh Jibril. Namun menurut penjelasan Al-Qur’an, Rasul hanya pernah melihat Jibril dalam wujud aslinya sebanyak dua kali saja. Pertama yaitu seperti yang tertera di dalam surat At-Takwir ayat 23. Yang kedua, itulah pada saat peristiwa isra’ dan mi’raj, Rasul melihat langsung wajah asli Jibril. Hal ini dapat kita jumpai pada surat An-Najm ayat 1-14.
Peristiwa isra’ mi’raj ini adalah perjalanan satu malam dan selesai malam itu juga, ini dijelaskan oleh Al-Qur’an. Oleh karenanya bagi siapa yang tidak percaya terjadinya isra’ mi’raj Nabi Muhammad berarti ia kufur, karena ia mengingkari ayat-ayat Allah. Dan orang pertama yang mengingkari kejadian isra’ mi’raj ini adalah Abu Lahab, ia mengatakan “Engkau bohong, celakalah engkau wahai Muhammad.” Ia menganggap tidak mungkin perjalanan yang begitu jauhnya, yang biasanya berbulan-bulan, ditempuh dalam waktu satu malam.
Dalam sejarah diketahui, umat pada saat itu terpecah menjadi tiga. Pertama, kelompok yang sangat tidak menerima, yang menganggap itu tidak mungkin terjadi dalam satu malam. Kedua, kelompok yang ragu-ragu. Kelompok ini adalah yang selama ini sangat memahami Muhammad sebagai pribadi yang Ash-Shiddiq, yang benar dan dapat dipercaya. Tetapi karena mempertimbangkan akal mereka, mereka menjadi ragu-ragu. Tapi ada kelompok yang ketiga, itulah Abu Bakar. Begitu mendengar yang dikatakan oleh Nabi, beliau langsung mengatakan “Engkau benar wahai Muhammad.” Maka ia mendapat gelar Ash-Shiddiq, yang berarti orang yang mendengar dan membenarkan perkataan yang diucapkan oleh Nabi tanpa menggunakan akalnya. Oleh karenanya sebagai orang-orang yang beriman harusnya kita meyakini dengan sepenuh jiwa raga kita bahwa Rasul itu benar melaksanakan isra’ mi’raj.
Hal yang sangat dapat kita ambil dari peristiwa isra’ dan mi’raj ini adalah mengenai shalat itu sendiri. Sebagai seorang muslim, karena shalat adalah pondasi agama, yang membedakan kita dengan orang yang beragama lain. Dan karena shalat itu adalah perkara yang langsung diterima Nabi Muhammad dari Allah Swt. Marilah kita lebih mengkaji, baik dengan diskusi ilmiah atau pertemuan-pertemuan ilmiah, atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan isra’ mi’raj itu. Agar dapat menambah keyakinan kita, keimanan kita kepada Allah dan RasulNya.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.