Dr. M. Arifin, Lc. MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Berdasarkan hadits baginda Muhammad Saw bahwa manusia itu dilahirkan oleh Allah Swt dengan fitrahnya. Setiap manusia dilahirkan berdasarkan fitrah. Fitrah yang dimaksud adalah fitrah tauhid. Fitrah yang dimaksud bahwa kita dilahirkan dalam kondisi sudah bertauhid. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172. Ketika Allah Swt mengambil persaksian dari kita bahwa kita diminta untuk bersaksi oleh Allah. “Apakah Aku ini Tuhanmu?” Kita semuanya, umat manusia mengatakan, “Betul wahai Allah, Engkau adalah Tuhan kami.” Inilah fitrah kita, yang kita persaksikan di alam ruh, sebelum lagi kita dilahirkan oleh orang tua kita. Maka kita sudah bersaksi kepada Allah, bahwa Allah adalah Rabb kita. bahwa Allah adalah Tuhan yang harus disembah.
Fitrah yang bermutu adalah fitrah ketika dia mempersaksikan Allah Swt sebagai Tuhannya. Namun ketika kita sudah dilahirkan di permukaan bumi, maka Allah Swt memberikan potensi-potensi buruk pada diri kita dan begitulah pada setiap diri manusia. Di dalam Al-Qur’an potensi buruk itu dibagi menjadi dua. Ada potensi buruk yang berasal dari diri kita sendiri, yang tidak terlepas dari diri kita selama hayat dikandung badan. Maka selama itu pula potensi buruk itu ada pada diri kita. Dan ada potensi buruk yang di luar diri kita, senantiasa akan menggerogoti diri kita.
Potensi buruk yang berasal dari diri kita sendiri oleh Al-Qur’an disebutkan dengan tiga istilah. Istilah yang pertama adalah istilah An-Nafs, ini yang dijelaskan oleh Allah di dalam surat Yusuf yang artinya, “Sesungguhnya nafsu itu menyuruh manusia berada pada perbuatan buruk.” Lalu istilah yang kedua Allah sebut dengan istilah syahwat, “Pada manusia itu dihiasi oleh Allah Swt kecintaan kepada syahwat, terlalu cinta kepada istri, kepada anak, kepada harta benda,” dan lain sebagainya. Terlalu cinta itu tidak baik dan itu akan menggerogoti fitrah kita. Selanjutnya istilah yang ketiga yang disebutkan oleh Allah Swt adalah istilah hawa, “Bagaimana menurut kalian orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan orang yang seperti ini pasti akan Allah sesatkan.”
Jadi, orang yang memperturutkan hawa nafsunya, orang yang memperturutkan kecenderungan-kecenderungan buruk yang ada pada dirinya. Itu pasti akan Allah sesatkan, orang yang Allah sesatkan tidak akan pernah dia mendapatkan petunjuk. Kalau seperti itu, satu keniscayaan pada diri kita untuk mampu meredam, menekan, mengendalikan hawa nafsu yang ada pada diri kita. Ketika kita mampu mengendalikan itu maka Allah Swt akan memberikan hidayah kepadanya.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 69 Allah Swt menyatakan yang artinya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami.” Ulama tafsir sepakat untuk menyatakan mujahadah/jihad yang dimaksud adalah memerangi diri sendiri, menekan hawa nafsu, tidak memperturutkan kecenderungan-kecenderungan buruk yang ada pada diri kita. Ini yang dimaksud dengan “Orang yang berjihad di jalan kami.” Lalu Allah katakan, “Sungguh kami akan memberikan hidayah.” Sungguh kami akan memudahkan jalan menuju Allah Swt.
Jadi, orang yang memerangi hawa nafsunya, orang yang menekan hawa nafsunya, orang yang tidak menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, atau orang yang tidak memperturutkan hawa nafsunya adalah orang yang akan dimudahkan oleh Allah berada di jalannya. Orang yang akan Allah beri hidayah di dalam kehidupannya. Oleh sebab itu mari kita perangi hawa nafsu kita, kecenderungan-kecenderungan yang buruk yang ada pada diri kita harus kita kendalikan. Memang itu ada pada diri kita, dan terkadang itu boleh kita lakukan. Tetapi kalau sudah keterlaluan, dia akan menyesatkan kita. ketika kita perangi itu, Allah Swt akan jadikan fitrah kita bermutu, Allah akan jadikan kita mendapatkan hidayah di dalam kehidupan ini.
Rasulullah Saw di dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hakim di dalam kitabnya Al-Mustadrak, beliau mengatakan, “Orang yang berjihad sesungguhnya adalah orang yang memerangi hawa nafsunya.” Dan ketika itu dilakukan sesuai dengan surat Al-Ankabut tadi, Allah akan memberikan petunjuk kepadanya. Mudah-mudahan kita tergolong kepada orang yang mampu memerangi, mengendalikan hawa nafsu kita, yang pada akhirnya Allah mudahkan kita untuk menuju jalanNya. Yakni jalan menuju kedalam surgaNya. Mudah-mudahan hal ini menjadi pencerahan bagi kita semua.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.