Dr. Hasrat Efendi Samosir, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” Maka dalam lintas sejarah banyak sekali kita baca kisah-kisah orang yang durhaka kepada Allah, yang mereka itu memperturutkan hawa nafsu. Bagaimana kita lihat dalam lembaran sejarah, kisah-kisah di dalam Al-Qur’an. Bagaimana umat-umat terdahulu itu diberikan Allah siksaan, bahkan dibinasakan.
Coba kita lihat bagaimana umat Nabi Nuh As, justru Nabi Nuh sekian lama berdakwah mengingatkan kebenaran, menyampaikan risalah, umatnya malah semakin durhaka, semakin menentang Allah, bahkan perbuatan dosa semakin menjadi-jadi. Tidak hanya itu, bahkan Nabi Nuh As mengalami tantangan dakwah dari keluarganya sendiri. Istrinya memimpin orang-orang yang durhaka, anaknya Kan’an justru menentang dakwah kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Nuh As.
Maka Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an kisah Nabi Nuh agar Nabi Nuh membuat satu kapal, bahtera yang besar. Lalu kemudian umatnya justru mencemoohnya, “Mengapa di tengah daratan ini dibuat kapal? Untuk apa? Nuh sudah semakin gila.” Nabi Nuh mengingatkan, “Wahai umatku, bertaubatlah. Mari kita kembali kepada ajaran Allah. Pintu taubat masih dibuka oleh Allah.” Justru mereka menghina, mengejek, bahkan dalam kisah itu juga disebutkan bagaimana pada kapal Nabi Nuh itu mereka buang kotoran mereka, naudzubillaahi min dzaalik. Sampai akhirnya mereka diserang penyakit. Inilah, bagaimana tantangan yang begitu hebat bagi Nabi Nuh, semakin lama berdakwah, umatnya semakin sedikit.
Sampai akhirnya Nabi Nuh mengatakan, “Akan turun bala bencana yang besar, akan ada banjir yang menutupi semua ini. Maka siapa yang naik ke kapal ini, dia beriman dan bertaqwa.” Nabi Nuh tetap mengingatkan puteranya, “Wahai puteraku Kan’an, ayo naik ke kapal ini. Bertaubatlah nak.” Anaknya menjawab, ”Tidak! Sekiranya ayah, air ini akan setinggi rumah, aku akan memanjat pohon.” Nabi Nuh menjawab, ”Anandaku, air ini akan besar sekali.” Hingga akhirnya air yang besar itu menggulung Kan’an, sehingga Nabi Nuh As bersedih melihat puteranya ingkar dan digulung bencana yang besar tadi. Betapa sedihnya Nabi Nuh hingga meneteskan air mata. Namun Allah mengatakan, “Itu bukan lagi keluargamu wahai Nuh. Kau tidak bisa memberikan hidayah kepada yang kau cintai. Allah memberikan hidayah kepada yang dikehendakiNya.”
Inilah satu kisah, dimana orang terdekat kita ternyata bisa durhaka kepada Allah. Maka Allah memperingatkan, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” Bagaimana juga umat Nabi Luth As, kaum Sodom. Mereka tertarik dengan sesama jenis, mengingkari fitrah mereka, kodrat sebagai manusia. Yang saat ini dikenal dengan istilah LGBT, Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender. Di dalam satu riwayat tentang Nabi Luth As dikatakan, ketika Nabi Luth mengingatkan, “Wahai umatku, taubatlah kalian dengan dosa-dosa kalian. Kalian sudah melampaui batas, kalian sudah menjadi orang yang durhaka kepada Allah Swt.” Tapi umat Nabi Luth justru tidak mau, sampai akhirnya datanglah malaikat Jibril dalam wujud manusia yang tampan menjumpai Nabi Luth dan mengingatkan bahwa akan tejadi azab Allah, musibah besar. Maka hendaklah Luth dan orang-orang beriman keluar meninggalkan wilayah itu.
Ternyata istri Nabi Luth menyampaikan kepada umatnya, kaum Sodom bahwa ada seorang lelaki yang tampan. Ternyata umatnya pun menjumpai lelaki tampan yang merupakan malaikat itu dan menggodanya. Sehingga Nabi Luth sangat marah sekali akan hal itu. “Jika kalian tidak bertaubat, maka sesungguhnya azab Allah akan turun”, kata Nabi Luth mengingatkan kaumnya. Hingga akhirnya beliau mengajak orang-orang yang beriman dan bertaqwa untuk keluar dari wilayah itu, dan wilayah itu pun ditenggelamkan, dikubur oleh Allah.
Demikian juga dengan umat-umat yang lain, banyak contoh, banyak kisah. Orang yang mempertuhankan harta juga disebutkan di dalam Al-Qur’an, pada surat Al-Kahfi. Bagaimana ada orang yang tidak mau mengeluarkan infaq, zakat, berbagi dengan orang-orang miskin. Dia tidak mau berbagi ketika panen, ia ingin memanennya sendiri. Namun lihat yang terjadi, pada malam harinya Allah menurunkan halilintar yang mengakibatkan semua kebunnya terbakar, hangus. Sehingga ketika pagi hari datang, dia tidak bisa memanen dan mengambil apapun. Inilah yang perlu kita perhatikan, jangan kita pertuhankan hawa nafsu kita.
Kalau orang sudah menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan, maka orang-orang tadi akan memperturutkan nafsunya. Bahkan tidak ada ubahnya dia seperti hewan, seperti binatang ternak, bahkan lebih hina dari itu. Maka di dalam Al-Qur’an dikatakan, bagaimana Allah mengingatkan kita semua, “Mereka punya hati, namun tidak berpikir. Mereka punya mata, namun tidak bisa digunakan untuk melihat. Mereka punya pendengaran, namun tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat dari itu.” Inilah yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an, “Maka pengisi neraka jahannam itu kebanyakan manusia dan jin. Mereka punya hati namun hatinya sudah mati. Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat dari itu. Dan merekalah orang-orang yang lalai.”
Sebenarnya peristiwa masa lalu yang diwakili oleh umat Nabi Nuh yang diturunkan tsunami atau banjir besar. Kemudian umat Nabi Luth yang ditenggelamkan dengan bencana, dimasukkan kedalam perut bumi. Begitu juga dengan orang yang tidak mau berzakat, berinfaq itu, lalu ia ingin memanen kebunnya, akhirnya apapun tidak ada yang dia panen. Itu semua menjadi contoh dan bukti kepada kita, marilah kita jangan durhaka dan memperturutkan hawa nafsu. Karena di dunia saja sudah ada contoh yang diberikan oleh Allah Swt, apalagi kelak di akhirat, akan ada azab Allah yang sangat pedih. Mudah-mudahan ini mengingatkan kita semua, kalau penduduk negeri beriman dan bertaqwa, akan terbuka berkah dari langit dan bumi.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.