Dr. M. Razali, MA.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Jika kita menelusuri kembali bagaimana perjuangan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dulu. Mungkin kita akan melihat pada awal-awal perjuangannya suatu hal yang sangat menyakitkan. Dakwah Rasulullah dihalang-halangi oleh setiap kafir Quraisy, bahkan nyawa Rasulullah Saw pun terancam. Ada yang berani memberikan imbalan yang begitu besar kalau bisa menghentikan dakwah Rasulullah. Begitu juga dengan sahabat-sahabat yang pertama kali masuk Islam, mereka harus merasakan intimidasi oleh kaum kafir Quraisy. Mungkin kita pernah mendengar bagaimana ketika pertama kali Bilal masuk Islam. Dia dijemur di tengah padang pasir, perutnya ditimpa dengan batu besar. Sehingga tidak ada satu kalimatpun yang bisa keluar dari mulutnya kecuali kalimat tauhid, yaitu “Ahad, Ahad, Ahad”.
Begitu juga dengan keluarga Yasir, ketika mereka sekeluarga masuk Islam, mereka harus berpisah. Bukan hanya berpisah tempat tinggal, tapi harus berpisah nyawa dengan raga. Bagaimana Amar bin Yasir diseret oleh kaum kafir Quraisy dengan kuda, jasadnya terpecah-pecah, tangan-kaki terputus, dan sebagainya, di depan mata ayahnya sendiri. Begitu juga istrinya tercinta, Sumayyah yang merupakan syahidah, seorang mujahid, seorang syuhada perempuan yang pertama dari kalangan sahabat Rasulullah Saw.
Lantas dengan intimidasi, dengan kekerasan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy, apakah Rasulullah Saw menghentikan dakwahnya? Dakwah Rasulullah Saw tidak pernah berhenti, Rasulullah senantiasa mengajak kaum kafir untuk memeluk agama Islam. Dengan argumen yang jelas, dengan dalil-dalil yang jelas Rasulullah mengajak kafir Quraisy, kafir Nasrani, Yahudi, dan sebagainya. Sebagaimana Allah Swt berfirman yang artinya, “Ajaklah mereka kejalan Tuhanmu dengan hikmah, dengan nasihat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara-cara yang baik pula”.
Akhirnya ada beberapa orang yang masuk Islam, orang-orang Nasrani masuk Islam, orang Yahudi masuk Islam. Bahkan Rasulullah Saw ketika menghadapi intimidasi, kekerasan dari kaum kafir Quraisy, Rasulullah menganjurkan sahabat-sahabat untuk hijrah ke Habsyah, suatu daerah yang sangat jauh. Suatu daerah yang terletak di Afrika, yang belum mereka kenal sebelumnya. Mengapa? Karena di sana ada Raja Nasrani yang adil. Orang Nasrani yang memimpin suatu daerah, tapi mereka berlaku adil, tidak menzalimi rakyat, dan sebagainya.
Begitu juga pada akhirnya, ketika mereka hijrah. Ketika di Makkah Rasulullah diintimidasi, tetapi ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah sudah membangun suatu kekuatan baru. Rasulullah sudah membangun sebuah pasukan yang akan membentengi mereka dari serangan kaum kafir Quraisy yang datang dari Makkah. Ketika mereka menyerang Madinah, maka dengan gampang Rasulullah mematahkan serangan-serangan itu.
Lalu apakah ketika Rasulullah sudah membangun kekuatan yang besar, Rasulullah membalas atas keburukan-keburukan, atas perlakuan-perlakuan kaum kafir Quraisy yang selama ini mengintimidasi? Tidak! Apa yang terjadi? Rasulullah Saw senantiasa mengajak kaum kafir Quraisy untuk masuk kepada agama Islam. Ketika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam, bagaimana status mereka? Mereka dianggap sebagai warga negara Madinah. Mereka diberikan izin tinggal, mereka diberikan status warga negara.
Walaupun ada di antara mereka yang tidak memeluk agama Islam, tapi mereka disebut dengan kafir dzimmi. Kafir yang diberikan perlindungan, orang-orang yang diharamkan darah mereka, orang-orang yang diharamkan harta mereka. Bahkan mereka tidak boleh digunjing, tidak boleh diumpat, tidak boleh disakiti perasaan mereka, dan tidak boleh menjadi bahan cercaan, cacian, dan sebagainya. Artinya orang-orang kafir yang tunduk terhadap agama Islam, mereka yang mau membayar jizyah, upeti, menggabungkan wilayahnya kepada agama Islam, mereka dijamin oleh Rasulullah Saw. Bukan hanya darahnya, tetapi harta dan kehormatannya diharamkan oleh Rasulullah untuk diganggu, untuk dirusak, dan sebagainya.
Tetapi ketika orang-orang kafir tadi telah menyalahi perjanjiannya dengan Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw tidak segan-segan untuk memusuhi mereka. Untuk memerangi mereka, mengajak kembali untuk bertauhid kepada Allah Swt. Untuk tunduk kepada agama Islam, untuk menyatukan wilayahnya. Tetapi jika mereka enggan juga, maka Rasulullah tidak akan segan mengusir mereka dari kota Madinah. Hal ini sebagaimana terjadi kepada orang Yahudi, Bani Qoinuqo. Ketika mereka merusak kehormatan kaum Muslimin. Mereka membuka aurat perempuan muslimah ketika itu, dan ada seorang laki-laki yang melihatnya. Maka laki-laki itu membunuh orang Yahudi yang merusak kehormatan kaum muslimin. Walaupun pada akhirnya dia juga terbunuh oleh sekelompok orang Yahudi, yang menyebabkan mereka harus diusir dari Madinah.
Begitu juga Bani Khuraizoh, Bani Nadhir, yang melakukan pengkhianatan terhadap Rasulullah Saw. Mereka bersekutu dengan kafir Quraisy yang akan menyerang kota Madinah dalam sebuah peperangan Al-Ahzab atau perang Khandaq yang terjadi di sekitar kota Madinah. Akhirnya Rasulullah mengusir mereka dari kota Madinah dan mereka pindah ke Khaibar. Khaibar merupakan suatu daerah yang juga benteng terakhir dari orang-orang Yahudi. Sebuah perkampungan yang sangat kuat sekali bentengnya, terdiri dari tiga lapis. Maka Rasulullah Saw beserta sahabat memerangi, menjebol benteng tadi dan pada akhirnya mengusir orang-orang Yahudi yang berada di Khaibar dan mengusir orang-orang Yahudi dari kota Madinah.
Begitulah beberapa sikap Rasulullah Saw terhadap kaum kafir. Baik kafir yang memeranginya ataupun kafir Dzimmi, yang diharamkan harta, darah, dan kehormatannya. Ada suatu saat Rasulullah Saw diintimidasi oleh orang kafir. Ada suatu saat Rasulullah meminta pertolongan, perlindungan terhadap orang kafir. Dan ada suatu saat juga Rasulullah memberikan perlindungan pula terhadap orang kafir. Dan ada suatu saat Rasulullah diperintahkan oleh Allah Swt untuk memerangi orang-orang kafir yang memerangi Rasulullah Saw. Dan ketika Rasulullah memerangi mereka, semua perjanjian damai dan sebagainya diputuskan oleh Rasulullah Saw. Ada masanya Rasulullah mempunyai sikap yang sangat moderat sekali. Akan tetapi ada suatu saat Rasulullah mengeluarkan sikap yang sangat syadid terhadap orang-orang kafir ketika mereka tidak mau lagi diajak berkompromi, tunduk terhadap agama Islam atau patuh terhadap agama Allah Swt.
Demikianlah, semoga apa yang diteladankan oleh Rasulullah Saw bisa kita ambil ibrahnya. Kita ambil pelajaran dan kita jadikan pedoman kita di dalam kehidupan sehari-hari.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.