Fauji Wikanda, M.Pd.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Ada satu keluarga, sebut saja keluarga pak Ahmad. Kebetulan pak Ahmad ini berasal dari keluarga Madura. Jadi, keluarga pak Ahmad berniat, sangat ingin sekali agar anak laki-lakinya yang paling besar bisa masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri di pulau Jawa. Dengan ikhtiar beliau selama ini, ditambah dengan pemahaman beliau mengikuti kajian-kajian keislaman, beliau memahami bahwa jika ingin mendapat satu kebaikan, maka iringi dia dengan kebaikan yang lain. Maka pak Ahmad tadi bersedekah, tidak tanggung-tanggung. Beliau bersedekah sepuluh juta rupiah, dibagi-bagikan kepada warga sekitar tempat tinggalnya. Dengan harapan berkah sedekah yang ia bagikan tadi, anaknya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di pulau Jawa.
Tidak seperti yang diharapkan, ternyata anaknya tidak lulus di perguruan tinggi manapun. Ditambah lagi kemudian perusahaan pak Ahmad bangkrut. Lantas apa yang terjadi? Anaknya tadi, sejak gagal masuk di perguruan tinggi negeri kemudian keluar dari rumahnya untuk merantau. Yang terpikir oleh anak pak Ahmad tadi adalah tinggal di masjid. Hari berlalu, bulan berlalu, sebagai ta’mir masjid dia lakukan semua kegiatan yang ada di masjid. Kalau sudah tinggal di masjid, kelebihannya yang pertama adalah sangat tidak mungkin untuk meninggalkan sholat berjamaah. Kemudian yang kedua, sangat memungkinkan untuk melaksanakan sholat sunnat yang lainnya. Beginilah keseharian anak pak Ahmad.
Kemudian ada seorang bapak yang juga jama’ah masjid, beliau memiliki perusahaan atau pabrik besi. Bapak ini bertanya kepada anak pak Ahmad, menawarkan apakah mau bekerja dengannya. Kemudian pemuda tadi, anak pak Ahmad itu menerima tawaran bapak tersebut. Setahun pemuda tadi magang di perusahaan tersebut, diajarkan banyak hal. Bahasa kita mengatakan pemuda ini sedang magang, namun bahasa Allah mengatakan ia sedang ditarbiyah oleh Allah. Pemuda ini sedang dididik oleh Allah Swt agar kemudian dinaikkan derajatnya.
Anak muda tadi kemudian bekerja, diajarkan berbagai hal tentang ilmu perbesian. Kemudian pada tahun ketiga, ketika pemuda tersebut telah betul-betul mahir dalam bidang perbesian. Bapak pemilik pabrik tadi jatuh sakit dan harus bolak-balik berobat ke luar negeri. Kemudian bapak tersebut berpikir, siapa yang harus melanjutkan perusahaan mereka. Kebetulan bapak ini tidak memiliki anak laki-laki. Setelah diskusi panjang dengan isterinya, mereka memutuskan untuk memberi kepercayaan kepada anak muda tersebut. Alhamdulillaah, ternyata bapak tersebut tidak salah pilih. Perusahaan tersebut berjalan dengan sangat baik di bawah kendali anak muda tadi. Bahkan lebih baik dari yang dijalankan oleh bapak tersebut. Kemudian bapak tersebut terpikir untuk mengangkat pemuda tadi menjadi anak angkatnya sekaligus juga menjadi direktur utama di perusahaan miliknya.
Apa yang ingin kita ambil dari kisah ini? Banyak di antara kita yang memiliki masalah, banyak yang mengeluh. Tapi yakin dan percayalah, kalau kita dekat pada Allah, Dia akan selesaikan semua masalah kita. Kembali kepada pemuda tadi, dia hanya tamatan SMA. Tapi karena dia dekan dengan Allah, Allah mudahkan urusannya. Kita sering mendengar Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186
yang artinya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Allah Swt ingin memuliakan hambaNya, ingin menaikkan derajat hambaNya itu tidak sulit. Kalau kemudian kita laksanakan semua perintah Allah dan yakin kepada Allah dengan seyakin-yakinnya. Semoga Allah Swt menjaga kita dalam iman dan Islam sehingga kemudian kita istiqomah mengabdikan diri kepada Allah Swt.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.