Syahruddin Siagian, M.HI.
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Rasulullah pernah berpesan kepada sahabatnya dalam sebuah majlis, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang kita pimpin”. Baginda rasul memesankan kepada sahabatnya demikian karena pemimpin itu bukanlah faktor jabatannya. Akan tetapi pemimpin yang dimaksud adalah pertanggungjawaban diri kita masing-masing atas apa-apa yang kita lakoni, yang kita laksanakan. Sesungguhnya setiap aktifitas yang kita lakukan itu ada LPJnya. Jika baik yang kita lakukan, niscaya baik yang kita peroleh. Jika buruk yang kita lakukan, akan buruk pula yang kita peroleh. Karena sesungguhnya Allah dan malaikat tidak luput dari segala apapun yang kita lakukan di atas muka bumi ini. Baik itu lahir maupun batin.
Berbicara tentang kepemimpinan, sejenak kita mencermati sosok khalifah Umar bin Khattab. Secara umum kita ketahui beliau merupakan mantan preman. Dalam masa kekafirannya beliau senang membunuh orang, kerap melakukan kesalahan-kesalahan yang melanggar kemaslahatan manusia. Namun setelah masuknya ia kepada aqidah Islam, khalifah Umar totalitas dalam keislamannya, kaffah.
Yang ingin kita tinjau adalah di saat Umar bin Khattab dinobatkan, dibaiat sebagai khalifah, beliau merasa bukanlah dia yang terbaik dari orang-orang yang ada kala itu. Makanya setelah Umar dibaiat, beliau menyampaikan pesan-pesannya kepada kaumnya. Pesan-pesan Umar ini cenderung dijadikan sebagai referensi dalam kepemimpinan sampai saat ini. Baik itu dalam kepemimpinan praktis maupun training kepemimpinan.
Di antara pesan Umar bin Khattab saat itu adalah “Wahai kaumku, aku bukanlah yang terbaik di antara kamu. Dan aku telah dijadikan sebagai pemimpin di antara kamu. Kalau aku benar maka ikutilah aku, namun bila aku salah maka tegurlah aku. Kebenaran merupakan amanat, kebohongan merupakan khianat. Jangan tinggalkan jihad, barang siapa yang meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan kepadanya”.
Berbicara tentang jihad, bukanlah jihad identik dengan peperangan. Kalau masa Rasul, sahabat, dan tabi’in kala itu memang untuk mempertahankan agama cenderung dengan peperangan. Namun untuk saat dan masa kita sekarang ini, jihad bukan berarti perang. Akan tetapi melakukan sesuatu yang maksimal yang ada pada potensi diri kita untuk melakukan kebenaran itu. Sehingga kebenaran itu bisa berlaku everlasting atau berkesinambungan. Dengan kesungguh-sungguhan kita untuk menerapkan, melakukan, menyampaikan suatu kebenaran, insyaAllah kebenaran itu akan terus berkesinambungan.
Kemudian pesan Umar, “Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan Rasul, tiada kepatuhan atas diriku bila aku tidak patuh kepada Allah dan Rasul”. Di antara pesan-pesan yang disampaikan oleh Umar bin Khattab ini bisa kita jadikan sebagai referensi, bahan renungan bagi kita. Bahwasanya tidak selamanya siapapun yang dijadikan pemimpin itu benar.
Karena kita manusia, sifat manusiawi itu salah dan khilaf, maka saat kita melakukan hal yang benar, kebenaran itulah yang kita pertahankan, yang kita pertanggungjawabkan bahkan sampai akhirat kelak. Dan apabila kesalahan, kekhilafan, kekeliruan yang kita lakukan, maka sadarilah bilamana ada saudara kita, mitra kerja kita, staf atau anggota kita yang menyampaikan teguran kepada kita untuk berlapang dada, berbesar hati, tepa selira, untuk menerima teguran itu. Sehingga kharismatik yang ada pada diri seorang pemimpin itu bisa diteladani oleh mitra kerja, staf, anggota, dan kalangan khalayak umum.
Karena sesungguhnya tidak selamanya seorang pemimpin berjalan dalam koridor kebenaran. Karena kebenaran itu terkadang banyak menghadapi tantangan, bujukan dan rayuan dari orang-orang, jin dan setan, untuk menyelewengkan suatu kebenaran, terlepas dorongan hawa nafsu. Itu manusiawi, siapapun orangnya. Namun yang paling mulia derajat kemanusiawiannya adalah orang-orang yang istiqomah dalam menerapkan kebenaran dan berlapang dada dalam menerima ishlah, teguran, masukan. Agar roda kepemimpinan itu dapat berjalan dengan efektif, harmonis, dan bisa dijadikan sebagai teladan dalam aktifitas keseharian oleh orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kepemimpinannya. Mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan bagi kita.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.