Prof. Dr. H.A. Ya’qub Matondang, MA.
Kita coba mengikuti apa yang didengar oleh Tamim Ad-Daari, dari Rasulullah Saw. ia mengatakan Ad-Diin An-Nasiihah. Pada waktu mendengar Rasul menyampaikan Ad-Diin An-Nasiihah ini para sahabat bertanya, “Kepada siapa Ya Rasulullah?”. Nabi menjelaskan, “Lillaahi wa likitaabihi wa lirosuulihi wa li’a’immatil muslimiin wa ammatihim”. Maksudnya nasihat itu adalah lillah, kepada Allah Swt. kepada kitabNya, maksudnya Al-Qur’an dan yang ketiga kepada RasulNya yaitu Muhammad Saw. kepada para imam umat Islam, dan sesama umat Islam secara umum.
Dalam kajian bahasa, agama itu adalah nasihat menasihati. Ini merupakan sighah mubalaghah, seperti Al-Hajju Arafah. Maksudnya, ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah. Padahal sesungguhnya pelaksanaan ibadah haji bukan hanya wukuf di Arafah. Mulai dari ihram, miqad, sampai wukuf di Arafah, kemudian mabit di Mina, di Musdalifah, melontar jumrah, aqabah, kemudian ula, wustha dan aqabah setiap hari, dan selanjutnya baru tawaf, sa’i, dan tahallul. Tetapi Nabi mengatakan Al-Hajju Arafah, ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah.
Sighah mubalaghah seperti inilah sebagian muhadditsin yang memahami bahwa Ad-Diin An-Nasiihah, agama adalah nasihat menasihati. Sebenarnya agama bukan sekedar nasihat, karena ia merupakan risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Hanya disebut di sini Ad-Diin An-Nasiihah, bahwa esensi yang terkait dengan Ad-Diin itu adalah nasihat menasihati. Karena itu kajian bahasa ada yang menjelaskan bahwa nasihat menasihati di sini bukan hanya sekedar tausiyah seperti yang kita pahami secara umum. Tapi yang dimaksud di sini adalah dalam rangka secara luas memahami komitmen kita kepada yang lima ini.
Komitmen kepada siapa Ya Rasulullah? An-Nasiihah kepada siapa Ya Rasulullah? Itu ditanya oleh para sahabat. Nabi menjelaskan, pertama lillaahi, komitmen kita kepada Allah Swt. satu-satunya Ilah, satu-satunya Rabb yang mengatur alam semesta ini. Kita komitmen bahwa satu-satunya Ilah adalah Allah Swt. dan ini diimplementasikan dalam realitas kehidupan kita.
Kemudian likitabihi, kitabNya yaitu Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an mengandung semua aturan yang diperlukan oleh umat manusia, baik dalam kehidupan dunia, demikian juga untuk mencapai kebahagiaan di yaumil akhir nantinya. Ad-Diin An-Nasiihah juga diartikan sebagai An-Nasiihah lirosuulihi, kepada RasulNya. Yaitu bagaimana komitmen kita untuk ittiba’ kepada Rasulullah Saw. selanjutnya komitmen kita adalah li a’immatihim, imam-imam, ikutan kita, bukan hanya imam sholat, tapi imam di dalam berbagai aspek dan strata kehidupan kita. Maka komitmen terhadap imam adalah taat, sepanjang tidak ada pelanggaran pada aturan ilahi.
Yang terakhir, wa ammatihim. Komitmen kita, An-Nasiihah kita kepada antar sesama umat Islam. Maksudnya, bagaimana perhatian kita terhadap nasib sesama antar umat Islam ini. Marilah kita tingkatkan lima An-Nasiihah, baik dalam pengertian An-Nasiihah tausiyah, ataupun dalam pengertian komitmen. Baik kepada Allah, kepada kitabNya, kepada Rasul, kepada a’immatimmuslimiin, demikian juga antar sesama kita. Mudah-mudahan Allah Swt. meridhoi semua amal ibadah yang kita lakukan.