MARI MENGGELORAKAN IBADAH ZIS UNTUK MEMPERTEGUH
POTENSI SPRITUAL DAN SOSIAL UMAT
Oleh : H. Ismet Junus, LMP, SDE
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik akan dilipat gandakan balasannya bagi mereka dan mereka akan mendapat pahala yang mulia” (Q.S. Al-Hadid [57] : 18).
Ibadah Zakat, Infak dan Sadekah (ZIS) sebagai salah satu rukun Islam mengandung aspek yang dapat meningkatkan potensi spiritual yang dahsyat. Sekaligus merekat hubungan sosial yang hangat. Menginfaqkan harta kepada orang yang berhajat sangat sejalan dengan fitrah manusia selaku makhluk sosial, yang hidup saling bergantung satu sama yang lain dan tolong menolong, terutama membantu orang melarat. Manusia selain memiliki jiwa dan raga, juga memiliki dalam dirinya esensi yang berdimensi spiritual, yaitu telah mendapat tiupan ruh dari Allah Swt (saat berada dalam rahim). Hal ini menjadikan dirinya tercelup potensi sifat Allah (sibghah Allah. Lihat Q.S. Al-Baqarah [2] : 138). Salah satu wujud sibghah itu ialah sifat memberi (Al-Wahhab) yang berdasar rasa kasih sayang (Ar-Rahman). Sifat memberi ini diekspresikan dengan sikap penuh kasih sayang dan semata-mata mengharap ridho Allah Swt. Sebagaimana firman Allah
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (sambil berkata) “sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah mengharap ridho Allah, kami tidaklah mengharap balasan dan terima kasih darimu” (Q.S. Al-Insan [76] : 8-9).
Melaksanakan ibadah ZIS adalah upaya mengekspresikan suara fitrah kemanusiaan dari lubuk hati yang terdalam. Secara nyata pemberian ZIS kepada lingkungan sosial akan membentuk sistem silaturrahim yang melahirkan sinergi belas kasih yang kuat antara si kaya dan si miskin. Sekaligus juga mengaktifkan potensi spiritual untuk menjadi pribadi yang penuh rasa empati, selalu berlapang dada dan rela berbagi harta untuk melapangkan kesempitan hidup orang lain sehingga dapat merekat persatuan dan membangun suasana kedamaian di tengah masyarakat. Dalam hal ini Allah berfirman
“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberi Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan meberikan kelapangan setelah kesempitan” (QS. [65] : 7)
Semangat berbagi (Al-Wahab) melalui ZIS harus tetap kita gelorakan karena perintah Allah. Menjalankan perintahNya akan memperkuat potensi spiritual yang menjadikan suasana batin terasa bening dan lapang. Selain itu aktifitas berinfaq menjadi bagian ibadah sosial yang amat menguntungkan. Kalau meminjam kiasan dan istilah Stephen R. Covey (pakar motivator) dapat dikatakan bahwa kunci keberhasilan hidup kita tergantung bagaimana memelihara “angsa yang bertelur emas”. Bila kita hanya fokus pada produksi telur saja, tanpa peduli dengan pemeliharaan angsanya, kita akan kehilangan aset yang menghasilkan telur emas (Ginanjar, 2004). Jadi ZIS merupakan aktivitas “memberi makan pada angsa” agar menghasilkan telur emas terus menerus. Angsanya adalah “lingkungan sosial” yang harus tetap dipelihara untuk menghasilkan emas.
Melalui contoh di atas memudahkan kita memahami ayat
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik akan dilipat gandakan balasannya bagi mereka dan mereka akan mendapat pahala yang mulia” (Q.S. Al-Hadid [57] : 18). Juga pada ayat berikut ini dengan tegas dikatakan
“… Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran dan laksanakalah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat niscaya kamu akan memperoleh balasan di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya”. (Q.S. Al-Muzammil [73] : 20).
Demikianlah balasan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang konsisten mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah. Mengamalkannya akan mampu mengeluarkan potensi spiritual yang sangat berguna dalam menghadapi kehidupan sosial di sekitarnya. Menjadi pribadi yang beriman kepada Allah melaksanakan berbagai bentuk ibadah secara ikhlas (termasuk ibadah ZIS) menjadikan hati terasa bening dan suci dan keikhlasan memberi semakin menggelora bertubi-tubi sehingga menjadi modal utama baginya dalam pergaulan sehari-hari dengan penuh rasa kepedulian dan kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini akan melambungkan dirinya sebagai pribadi yang dihormati dan disegani ditengah umat.
Akan tetapi perlu di ingat bahwa semua kebaikan tersebut jangan dicederai dengan prilaku ria serta sikap mencela. Amal ibadah ZIS menjadi sia-sia karenanya. Sebagaimana firman Allah
“Wahai orang yang beriman janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima) seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria’ (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir” (Q.S. Al-Bakarah [2] : 264).
Semoga Allah memberi kekuatan dan melapangkan hati kita untuk mudah berbagi harta dan tidak akan merusaknya dengan upat dan cela agar menjadi hamba Allah berakhlak mulia dan memiliki kepribadian mempesona. Amin