PERBEDAAN antara sabar dan ridha, bahwa sabar adalah menerima keputusan Tuhan dengan disertai perasaan menderita. Hanya saja, seorang mukmin yang sabar akan menanggung penderitaan tersebut karena Allah.
Adapun Ridha adalah menerima keputusan Tuhan tanpa adanya perasaan menderita, bahkan terkadang disertai perasaan bahagia.
Ridha lebih agung dari surga, sebagaimana firman Allah, “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.” (At-Taubah: 72)
Ibnu Abi Ad-Dunya pernah berkata, “Ikutilah kehendak takdir, kemana pun ia pergi, niscaya itu akan membuat hati Anda lebih lapang dan bisa mengurangi ambisi.”
Ibnul Qayyim juga pernah berkata, “Aku pernah mimpi melihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Aku kemudian menyebutkan salah satu amalan hati –aku sendiri tak mengingatnya secara persis apa jenis amal tersebut– yang sangat aku agungkan dan aku ambil manfaatnya. Beliau kemudian berkata, “Adapun aku, maka cara yang akan aku tempuh adalah berbahagia dengan (keputusan) Allah.” Atau ia berkata dengan redaksi lain yang semakna dengan itu. Begitulah beliau selama hidupnya.”
Ada orang yang bertanya kepada Yahya bin Muadz, “Kapan seorang hamba bisa meraih tingkatan ridha?”
Dia menjawab, “Jika ia telah menetapi empat perkara dalam berhubungan dengan Tuhannya. Yaitu ketika ia berkata, “Jika Engkau memberikan karunia maka aku akan menerimanya, jika Engkau menghalangiku maka aku akan merelakannya, jika Engkau meninggalkanku maka aku akan menyembah-Mu, dan jika Engkau memanggilku maka aku akan memenuhi panggilan-Mu itu.”
Bagaimana cara untuk meraih tingkatan ridha?
- Ridha kepada Allah sebagai Rabb, yaitu ridha dengan pengaturan-Nya, tawakal kepada-Nya, serta memohon pertolongan kepada-Nya.
2. Ridha kepada Allah sebagai Ilah, yaitu ridha dengan mencintai-Nya, takut kepada-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
3. Ridha dengan Nabi-Nya, yaitu dengan cara mengikutinya, tunduk kepadanya, dan mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.
4. Ridha dengan agama-Nya, yaitu ridha dengan hukum-hukum dan syariat yang telah ditetapkan agama serta tunduk kepadanya meskipun harus bertentangan dengan hawa nafsunya.
Allah berfirman, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)*/Syaikh Khalid Sayyid Rusyah, dari bukunya Nikmatnya Beribadah.