Prof. Dr. Ahmad Rafiqi Tantawi, MS
Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang mulia di dalam Islam. Di mana pada bulan tersebut umat Islam melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji merupakan ibadah yang mahal. Bagi orang tertentu, label mahal ini adalah relatif. Dari aspek biaya dan pengeluaran untuk ibadah haji bagi orang tertentu mungkin termasuk ringan, sementara bagi yang lainnya boleh jadi adalah berat. Namun banyak dari orang yang secara finansial menganggap biaya itu kecil baginya, ternyata tidak punya kesempatan untuk bisa melaksanakan ibadah haji sampai akhir hayatnya. Itu artinya bahwa ibadah haji itu adalah ibadah yang mahal. Tetapi bagi orang tertentu sebaliknya, justru dengan bersusah payah mengumpulkan biaya, tetapi pada akhirnya sampai juga ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji.
Di dalam sabda Rasulullah ibadah haji itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Yang pertama adalah syahadat. Ini merupakan batas antara kafir dengan Islam. Betapa pentingnya syahadat ini, sehingga ketika di masa-masa Rasulullah bersama para sahabat, beberapa orang yang harus dibunuh ketika itu, ketika hendak dibunuh ia mengucapkan syahadat, akhirnya ia tidak bisa dibunuh. Meskipun telah jelas bahwa beberapa detik yang lalu ia merupakan penentang Islam. Lalu ketika terdesak dengan salah satu pedang sahabat, seketika ia mengucap kalimat syahadat, sehingga pada titik itu ia tidak bisa dibunuh. Hingga ada sahabat yang terus melakukan pembunuhan terhadap salah satu orang kafir ketika itu. Karena ia berpikir, baru beberapa detik yang lalu orang kafir ini masih membenci Rasulullah dan menentang Islam. Berita itu pun sampai kepada Rasulullah, hingga Rasulullah tidak mau memaafkan sahabat itu. Rasulullah mengatakan “Apakah kau tahu? Apakah kau belah dadanya?”, Artinya, bahwa kita tidak bisa membenci seseorang hanya karena dia kafir. Kekafirannyalah yang kita benci, bukan orangnya.
Yang kedua adalah menegakkan shalat. Rasulullah mengatakan, “Siapa yang dengan sengaja meninggalkan shalat, maka ia adalah kafir”. Dan seterusnya, menunaikan zakat. Kita mempunyai kemampuan, tetapi tidak berzakat, berarti kita tidak menegakkan satu tiang agama Islam. Yang keempat, puasa Ramadhan. Juga ketika kita mampu untuk melakukannya, tidak ada uzur, maka kita wajib melakukannya. Dan yang kelima adalah haji.
Seperti yang saya katakan tadi, haji adalah ibadah yang mahal. Bukan dinilai dari sisi finansial, melainkan dari sisi hidayah Allah. Karena kalau hidayah itu datang, orang yang sangat sulit sekalipun dalam logika manusia, yang dianggap tidak mungkin melakukan ibadah haji, pada kenyataannya dia sampai juga ke Baitullah.
Maka untuk melaksanakan ibadah haji itu sangat terkait kepada bagaimana kita menerima hidayah dari Allah. Ibadah haji hanya ada pada bulan Dzulhijjah, tidak bisa dilakukan pada bulan yang lain. Ini bermakna bahwa ibadah dalam Islam itu ada yang dilakukan sesuai dengan waktunya, ada juga yang sesuai dengan tempatnya, dan tidak bisa kita tawar-tawar lagi
Lebih spesifik lagi, ibadah haji ini merupakan hidayah yang tidak bisa diminta-minta kedatangannya, juga tidak bisa ditolak. Kalau petunjuknya tidak pada tahun ini, mungkin pada tahun-tahun selanjutnya Allah akan berikan. Pada kasus seperti ini banyak kita lihat orang yang sudah sangat ingin melaksanakan ibadah haji, ia sudah mempersiapkan segalanya, ia hanya menunggu untuk keberangkatannya saja, di hari keberangkatan ia masuk rumah sakit. Sampai batas waktunya, ia meninggal dunia dan tidak jadi melaksanakan ibadah haji. Ini menunjukkan bahwa kesempatan itu datang dari Allah.
Ibadah haji merupakan ibadah yang senantiasa diharapkan oleh banyak orang. Di dalam ibadah haji terkandung unsur dimana kita melatih diri. Sebagai madrasah untuk senantiasa berada di jalur Allah. Banyak makna yang terkandung dalam ibadah haji, seperti silaturrahim, menjaga lisan, dan kontrol itu ada di dalam diri kita. Banyak orang yang selesai melaksanakan ibadah haji, tetapi ia lupa bahwa menyandang predikat haji itu adalah sesuatu yang tidak mudah. Hendaknya haji menjadi madrasah bagi kita agar mengarah kepada keparipurnaan dan kesempurnaan dalam agama.